Sedikit tentang Buddhisme

[Alexander Prasetya]

Triratna secara keseluruhan adalah Tiga Permata ( Tiga Mustika ) yang nilainya tidak bisa diukur karena merupakan sesuatu yang agung, luhur, mulia. Triratna terdiri dari Buddha, Dhamma dan Sangha.
Sang Buddha adalah guru suci junjungan kita yang telah memberikan ajaranNya kepada kita umat manusia.
Dhamma adalah kebenaran mutlak dan juga merupakan ajaran yang dibabarkan oleh Sang Buddha.
Sangha adalah persaudaraan Bhikkhu suci yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian (Sotapana, Sakadagami, Anagami, Arahat) sebagai pengawal dan pelindung Dhamma.

Tujuan utama dari ajaran Buddha adalah mengatasi kematian. Dengan mengatasi kematian berarti kita telah mengakhiri perjalanan yang teramat panjang dan menyakitkan dalam lingkaran kelahiran dan kematian (samsara), dengan demikian terbebas dari segala bentuk penderitaan (dukkha), merealisasikan kedamaian tertinggi (Nibbana). Kita lahir dan mati, mati dan lahir lagi terus berulang. Bila tidak ada kelahiran maka tidak akan ada kematian. Cara satu-satunya mengatasi kematian adalah dengan melenyapkan semua penyebab kelahiran itu sendiri atau tumimbal lahir dalam samsara. Dengan demikian tidak akan ada lagi semua dukkha yang selalu menyertai setiap kelahiran, yaitu usia tua, sakit, dan kematian, terpisah dari orang yang dicintati, berkumpul dengan yang tidak disukai, tidak tercapai apa yang dicita-citakan, keluh kesan, tangis, dll.

Untuk dapat mengatasi kematian, kita harus dapat melenyapkan penyebab dukkha yaitu tiga akar kekotoran batin (lobha/keserakahan,dosa/kebencian,moha/kebodohan). Semua penyebab dukkha tersebut harus dapat ditransformasikan menjadi metta (cinta kasih), karuna (belas kasih), mudita (simpati)dan upekha (ketenangan batin) dimana keempat keadaan tersebut dikenal dengan nama Brahmavihara. Caranya adalah dengan mempraktikkan jalan Mulia Berfaktor Delapan (Sila, Samadhi, Panna).

Ajaran yang sering dikaitkan dengan ajaran Buddha yakni hukum karma. Banyak faktor yang menentukan hasil karma, antara lain: pikiran (motivasi) yang memelopori perbuatan tersebut, kualitas perbuatannya itu sendiri, kondisi yang memungkinkan untuk berbuahnya karma tersebut. Contoh: dua orang mencuri binatang ternak, orang pertama adalah seorang yang miskin melarat dan dipandang rendah masyarakat. Orang kedua adalah orang kaya yang dipandang masyarakat. Bila keduanya tertangkap, maka orang pertama mungkin akan dipenjarakan. Sedangkan orang kedua mungkin hanya akan dikenai denda. Buddha mengatakan bahwa hasil dari suatu karma tidak dapat diketahui secara mendetail karena karma itu sendiri berbuah karena banyak sebab dari perbuatan di masa lampau.

Lebih lanjut, semua inti ajaran yang dibabarkan Sang Buddha itu sendiri terdapat dalam Dhammapada yang berbunyi:

Janganlah berbuat jahat
Berbuatlah kebajikan
Sucikan hati dan pikiran
Itulah Inti Ajaran Sang Buddha
(Dhammapada:183) Bab XIV BUDDHA VAGGA

Namo Buddhaya, Semoga bermanfaat

[Yanuar]

bagus,,, kira2 begitu lah, next time g yang bikin 'peta' Buddhism... lagi dalam tahap pemahaman nih.... notes yang ini bisa jadi bahan referensinya nih

[Wieyanto]

hahaha.... g rasa bakal banyak yang belajar dari sini

[me_is_me]

Hai semuanya... Namo Buddhaya! baru pertama kali nih buka2 forum DA, ternyata Sdr. Alex aktif sekali ya posting artikel2. great, lex! Tingkatin terus yaa!

Saya cuma mau diskusi dan memberikan sedikit tanggapan terhadap bbrp poin dalam artikel ini.

Pertama, mengenai tujuan akhir seorang umat Buddha yang ditulis dalam artikel ini. Menurut literatur yang saya baca, tujuan akhir seorang umat buddha yaitu terbebas dari penderitaan (dukkha), yang sama dengan mencapai Nibbana (www.buddhistonline.com/dsgb/bd01a.shtml). Dengan bebasnya kita dari penderitaan, maka kita secara otomatis juga terbebas dari lingkaran kelahiran yang berulang-ulang. Jadi pernyataan "tujuan akhir agama Buddha adalah mengatasi kematian" menjadi kurang tepat.

Di dalam Digha Nikaya disebutkan bahwa kelahiran adalah penyebab kematian, seperti dalam kutipan di bawah ini:

The Buddha said to Ananda, "If you were asked, 'Has ageing-and-death a condition for its existence?'
You should answer:
'Ageing-and-death is conditioned by birth' and so on. Thus, if there were no birth, there could be no ageing-and-death; birth is a necessary condition for their arising".

Buddha bertanya kepada Ananda, "Apabila kamu ditanya, 'Apakah usia tua dan kematian memiliki kondisi untuk keberadaannya?'
Kamu harus menjawab:
'Usia tua dan kematian dikondisikan oleh kelahiran' dan seterusnya. Oleh karena itu, jika tidak ada kelahiran, maka tidak ada usia tua dan kematian; kelahiran adalah kondisi yang dibutuhkan untuk kehadiran mereka".

Kedua, mengenai Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai jalan untuk melenyapkan sebab dukkha. Di sini saya hanya ingin menambahkan sedikit bahwa Jalan Mulia Berunsur Delapan terdiri dari:
1. Pengertian Benar
2. Pikiran Benar
3. Ucapan Benar
4. Perbuatan Benar
5. Penghidupan Benar
6. Usaha Benar
7. Perhatian Benar
8. Konsentrasi Benar (http://www.buddhistonline.com/dasar/dlpjalan.shtml)
di mana poin 1-2 pertama termasuk kelompok Panna (kebijaksanaan), poin 3-6 termasuk kelompok Sila (kemoralan), dan poin 7-8 termasuk kelompok Samadhi (pemusatan pikiran).

Ketiga, mengenai pernyataan "Ajaran yang sering dikaitkan dengan ajaran Buddha yakni hukum karma". Konsep hukum karma di dalam agama Buddha adalah salah satu konsep yang paling penting, sehingga pernyataan bahwa konsep ini "sering dikaitkan" terasa kurang tepat.

Hal ini dapat disimpulkan dari kutipan yang ditulis oleh Alm Bhikkhu Dr. K. Sri Dhammananda dalam bukunya, "Treasure of the Dhamma":
"Kamma, dalam bahasa Pali, dan karma dalam bahasa Sansekerta, secara umum berarti segala perbuatan baik dan buruk. Kamma bukanlah sesuatu fatalisme atau sebuah doktrin yang telah dibuat terlebih dahulu. Masa lalu mempengaruhi masa kini, karena kamma merupakan masa lalu dan juga masa sekarang. Masa lalu dan masa kini mempengaruhi masa depan -- di kehidupan ini maupun di kehidupan yang akan datang. Kamma memiliki sebab dan akibat. Oleh karena itu, kita menyebut kamma sebagai hukum sebab akibat. Apakah penyebab ketidakadilan dalam dunia ini. Umat Buddha tidak dapat menganggapnya berasal dari Tuhan, Pencipta seluruh takdir manusia di bumi dan seluruh makhluk yang hidup di dunia ini. Umat Buddha juga tidak percaya bahwa segala perbedaan yang ada di dunia ini merupakan hasil dari kebetulan semata".

Demikian tanggapan dari saya. Semoga bisa bermanfaat dan membuka sebuah diskusi di dalam forum ini. Namo Buddhaya.

[Alexander Prasetya]

waow....artikel nya bagus banget....>.< mengulas kesalahan dari artikel gw....thx cici....waaakkakakakakkakak

[franklin_z_z]

wow...mantap...hehe..

[Yanuar]

wah, bahasa inggris, skip baca, yang penting paham tujuannya.... nibbana,,,,baru turun lagi

[Sponsored content]